Fanatisme Gamer Pendiri Bigetron yang Selalu Targetkan Juara!

Basitullah
03/27/2018 09:47 WIB
Fanatisme Gamer Pendiri Bigetron yang Selalu Targetkan Juara!

Selesai terselenggara, LGS Spring 2018 mendapatkan satu nama juara yang cukup mencengangkan publik, yakni BIGETRON . Meski tak diunggulkan, namun Bigetron berhasil membuktikan diri dan mampu mengalahkan Headhunters untuk menjadi juara.

Berkesempatan mewawancarai Edwin " Starlest " Chia , sosok figur di balik layar kesuksesan Bigetron sebagai salah satu organisasi pemain profesional papan atas di kancah eSports tanah air, memberi sedikit gambaran bagaimana tim yang baru terlahir nyaris setahun lalu ini bisa menuai banyak kesuksesan dari berbagai divisi yang mereka geluti.

Berikut obrolan seru dengan sosok jungler pro yang ramah ini seputar sepak terjang Bigetron dalam industri eSports Indonesia.

ESPORTS.ID : Bisa diceritakan bagaimana awal mula bergelut di eSports, hingga akhirnya membentuk Bigetron?

BIGETRON : Awal mula mendirikan Bigetron, saya sama sekali tidak memiliki pengalaman ataupun koneksi di dunia eSports. Saya hanya seorang gamer League of Legends yang fanatik dan ingin mendapatkan kesempatan untuk bermain secara kompetitif.

Selanjutnya, bersama Steward ( BTR Teemola, kapten tim BTR AOV - red ), kami membentuk Bigetron dan berhasil penuhi syarat ikuti LGS 2017 Summer Season di bulan April tahun lalu. Sejak itu, Bigetron tidak pernah lagi melihat ke belakang karena kami ingin terus berkembang.

ESPORTS.ID : Tentunya tidak mudah menjadi player sekaligus owner, apalagi Anda menetap di Singapura. Apa kiatnya dalam membagi waktu antara bermain dan tetap mengawasi keseluruhan divisi?

BIGETRON : Sedikit koreksi ya, saya dulu memang besar di Singapura, tapi sekarang saya tinggal di Tembilahan, sebuah kota kecil di Riau, yang masih sangat jauh jaraknya bila harus bolak-balik ke Jakarta.

Saya benar-benar pensiun usai musim pertama ( LGS 2017 Summer - red ) setelah berjuang begitu keras dalam mengelola tim sambil bermain secara kompetitif di dalamnya. Namun, akhirnya saya putuskan untuk kembali ke LGS 2018 Spring, persisnya satu minggu sebelum turnamen dimulai karena pada saat itu Bigetron mengalami kesulitan menemukan seorang jungler yang cocok.

Selama 2 bulan terakhir, saya benar-benar kurang tidur. Rutinitas harian saya termasuk bekerja (09.00 – 17.00) adalah untuk LoL. Saya harus melakukan scrim (latih tanding lawan pemain pro lainnya) hampir setiap hari. Saya juga melakukan latihan solo di jam makan siang (12.00 – 14.00) dan setelah scrim hingga jam dua pagi. Waktu luang yang tersisa lainnya saya habiskan untuk mengelola Bigetron.

Saya bersyukur bahwa manajemen begitu cakap mampu membantu segala kesibukan sepanjang 2 bulan ini. Setiap manajer tim sudah dengan sangat baik membantu karena masing-masing mampu menyelesaikan sebagian besar masalahnya sendiri. Sedangkan untuk aspek keuangan dan barang dagangan Bigetron, Eveline Naomi ( General Manager Bigetron ) menangani aspek-aspek tersebut dengan luar biasa, meski hanya seorang diri.